Kamis, 12 Januari 2012

Casta Meritrix*

Casta Meritrix -Based On True Story in Dream Island-

Suara lirih wajah sendu bermuram durja. Konon impiannya adalah api, bumi, laut, ataupun senja. Liukan-liukan persetubuhan nakal dan liar dikemasnya dalam untaian-untaian rangkaian aksara yang paling manis. Semanis wajah dan seharum kemaluannya yang tetap abadi, walau telah berkali-kali dipamerkan, dieksplorasi, dan dieksploitasi di berbagai ranjang. Utopianya akan kebebasan, kemanusiaan, ataupun putusnya belenggu penindasan, adalah uraian-uraian ilmiah yang meluncur mengalir rapi dari memori otaknya yang cerdas. Malam dihabiskannya dengan tubuh polos telentang tanpa sehelai benang sembari tangan diborgol di peraduan melayani nafsu sang penyedia modal rumah tangga. Rumah tangga, sesuatu yang dikutuknya sebagai sebuah bentuk kepemilikan pribadi, basis bagi terciptanya klas-klas dalam masyarakat, dan oleh karenanya merupakan suatu penindasan; akan tetapi, mulut yang sama jualah yang bertualang mengulum zakar demi zakar dengan lahap, dengan penuh nafsu yang konon berbalut rasa sayang, yang dibungkus dalam apologi klasik, suka sama suka. Mulut yang sama pula, akan mengutuk orang-orang yang balik mengkritiknya dengan sebutan anti demokrasi, bukan pendukung feminis, kolot, ataupun kampungan. Melayani nafsu birahi sopirnya sendiri agar bisa bertemu dengan pemuda-pemuda mainannya, pun demikian dengan melayani nafsu atasan-atasan suami demi pangkat yang lebih baik. Suka sama suka dan kepentingan yang sama-sama menguntungkan, begitulah kira-kira logika berpikirnya, sehingga persenggamaannya yang gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun, ditolaknya kala disebut sebagai murahan. Rumah mewah, mobil bergonta-ganti, profesi, dan status sosialnya dari lingkungan kelas atas membuatnya berpikir bahwa ia tetaplah seorang terhormat dan modern. Yang tak bisa memahaminya, disebutnya sebagai para sisa-sisa feodal nan primitif. Begitupula, kala berulangkali mengganggu relasi perkawanan, biang riak-riak keutuhan rumah tangga orang lain, ataupun kala menjadi topik gosip memalukan paling sensasional, dianggapnya sebagai suatu hal yang lumrah, memang demikian adanya, sembari berlindung di balik deretan kata sakti tak tertandingi; "hargai dan tinggikan perempuan, agar hidupmu menjadi baik". Begitulah wejangannya, yang lebih menyerupai ancaman moral pada para pengkritiknya.


*) Casta Meritrix=Pelacur Suci

*******

Dante Che, 13/01/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar