Senin, 23 Januari 2012

Belajar Menulis Lirik Ala Slim Shady!

Ini bukan kisah iri hati ataupun dengki. Bukan pula mau mencari sensasi dengan cara menciptakan kontroversi. Ini tentang gambaran hidup yang ironi. Yang suka silahkan membaca narasi ini, bagi yang tak suka silahkan membenci tanpa perlu memaki-maki.Selebihnya kau urus sendiri, toh bukan ku yang menjalani atau mengalami. Tentang kau yang bergaya dengan blackberry, ke sana kemari dengan kawasaki. Mengidolai Valentino Rossi tanpa tahu kalau team-nya adalah Ducati. Ibumu yang tukang cuci dan ayahmu yang bertahun-tahun jadi kuli, hanya bisa pasrah bergumul dengan sakit hati. Kau meninggikan diri sebagai matahari, konon sumber segala percik api. Ku baru saja melihat ulang 8-Mile dari Slim Shady, kisah tentang muridnya Dr. Dre, MB Jimmy 'Eminem' Matters III. Kekejaman aksaranya menggambarkan kerendahan hati dan jujur tentang jati diri sendiri. Tentang ayahnya yang pencuri dan ibunya yang pelacur melayani kelas rendah hingga kelas tinggi.
Ku bertemu ayahmu di warung kopi, jujur awalnya ku menyangka itu mummy, karena kurus kering tinggal tulang seolah tak berisi. Ku menyuruh ayahmu memesan segelas kopi, semangkuk mie, sepiring nasi, dan kalau belum kenyang silahkan menambah*dengan beberapa potong roti. Oops, not did it again, seru Britney , tolong periksa data buku bon di laci, supaya kita tak menjadi tukang cuci sehari di warung kopi ini, karena tingkahmu yang lahap sekali atau mungkin rakus setengah mati. Sampai-sampai sup babi pun dihabisi, tanpa peduli lagi pada ayat-ayat suci.
Hanya gara-gara ditraktir segini, berkisahlah si papi tentang sang anak yang suka onani dan bertingkah bagai banci, sok jadi orang berani kala di depan mami-mami jablay, alay nan lebay, agar direkrut jadi gigolo kelas tinggi atau biar bisa setiap malam nongkrong di dolly, jadi preman kelas teri sambil bawa belati.
Esoknya kubertemu sang isteri dari si papi, yang masih setia keliling-keliling sebagai tukang cuci, mulai dari pakaian orang dewasa hingga anak bayi. Dengan gaji perhari dan uluran belas kasih, lumayan buat membayar kontrakan mini, yang tanpa toilet dan kamar mandi.
Di luar hujan telah berhenti, ijinkan aku goreskan kisah ini di atas kertas putih dengan tinta pesan damai agar terwujud harmony sebagaimana pesan Piyu sahabatnya Fadly dari band Padi. Tertanda, buatmu yang berselera tinggi, tanpa tahu apa beda langit dengan bumi. Harapku, semoga ku tak seperti Shaidy 'Proof' Shalton yang mati ditembaki di Detroit City, oleh orang-orang sinting yang sakit hati. Ku hanya iseng-iseng merangkai aksara narasi imajinasi pertengahan Januari, korban euforia setelah menonton Battle Slim Shady.   Terima kasih!

********

 DC, 23/01/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar