Sabtu, 03 Maret 2012

Renungan Singkat Meditasi Harian

Pada zaman dahulu, ada seorang pangeran yang menerima seekor burung yang sangat bagus dan jarang terdapat. Ia memberi nama Twee-twee, dan ditaruhnya pada sebuah sangkar emas. Tetapi makhluk yang malang itu tidak terkesan oleh sangkarnya. Ia memohon supaya dilepaskan. Tetapi sang pangeran sangat suka padanya, sehingga tak mau melepaskannya. Lalu Twee-twee memohon kepada pangeran agar sudi mengunjungi keluarganya di tengah hutan dan menceritakan pada mereka, bahwa meskipun ditahan, tetapi masih hidup.

Didorong oleh rasa sukanya pada burung tersebut, sang pangeran menyanggupi permintaannya. Berangkatlah pangeran ke hutan untuk menemui komunitas burung tersebut. Singkat cerita, setelah mendengar penuturan sang pangeran, segera kakak perempuan Twee-twee jatuh ke tanah dan pangeran sadar bahwa ia mati karena kesedihannya. Sedih karena mengetahui bahwa Twee-twee yang indah dan sangat mencintai kebebasan itu kini dikurung. Dengan sedih hati, sang pangeran kembali dan menceritakan kepada Twee-twee mengenai hal itu.

Seketika itu juga, Twe-twee jatuh tak sadarkan diri dengan cara yang sama seperti kakak perempuannya, lemas tak berdaya ke bawah dasar sangkarnya dan mati. Pangeran tersebut lalu mengeluarkan Twee-twee dari sangkar emasnya dan melemparkannya melalui jendela dan berkata bahwa, apakah gunanya menyimpan burung ini, jika ia telah mati. Dalam sekejap Twee-twee terbang pergi, berkicau dari ranting pohon yang satu ke ranting pohon yang lainnya. Yang pangeran sangkai adalah kabar buruk ternyata adalah sebuah pelajaran. Dengan pura-pura mati, kakakku mengajarkan kepadaku cara yang sama untuk lari, begitulah kicau Twee-twee dengan riangnya.

Demikianlah, banyak yang mencari-cari arti dari wafatnya Yesus di bukit Kalvari, dengan berbagai latar sentimentilnya. Karena itu, banyak yang hanya melayang-layang saja, meneliti berbagai hal yang mungkin dan tidak pasti, serta terus mencari dalam keabsurditasannya. Anak seorang tukang kayu yang mengubah  dunia sejak kelahirannya, pelayanan-pelayanannya, hingga kematiannya.

Kisah hidupnya mengajarkan kepada siapa saja untuk berani memikul salib hidupnya masing-masing, menghadapi berbagai kontradiksi dalam hidup dengan berani, teguh dalam pilihan, konsisten dalam menjalankan, dan bertanggungjawab pada hidup. Begitulah, orang bijaksana selalu mengajarkan hidup dengan pralambang perbuatan-perbuatan.

Selamat menjalankan masa Pra-Paskah buat semua!


*******

Dante Che, 03/03/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar