Sabtu, 18 Februari 2012

Sedikit Tentang Warung Pojok-Wapo- (Permainan Rima)

Semburat lembayung merona merah, perlahan senja menghantar sang surya ke dalam pekat yang bersiap mengatupinya. Jalanan masih basah, sisa-sisa banjir dan hujan yang baru reda. Tak jauh dari berbagai gelimang mewah, deretan warung kopi semi permanen menampung berbagai canda ria. Tak ada justifikasi benar ataupun salah, suasana dipenuhi nuansa apa adanya. Juga tak ada klasifikasi masyarakat atas ataupun bawah, semua sama rata tanpa strata.

Mulai dari ketupat, perasan air enau, hingga makanan rebus beronggok-onggok, menjadi semacam miniatur toko sembako. Orang-orang setempat, terutama para mahasiswa rantau, menamainya warung pojok, yang lebih terkenal dengan sebutan wapo. Sebenarnya nama tersebut kurang tepat, karena letaknya tidak semua seperti itu, ada juga yang tak terletak di pelosok, tapi juga terletak di pusat keramaian tempat orang menghabiskan waktu bermain catur ataupun domino. Malam menjelang akan selalu dikunjungi kalau sempat, petikan gitar mengiringi koor jalanan serak-serak parau, bersisian mulai dari yang kurus kering sampai yang montok, lantunkan cadasnya 'Living After Midnight' hingga syahdunya 'O Sole Mio'.

Ada yang hanya membaca koran, berjam-jam mendengarkan radio atau menonton televisi. Ada yang hanya menghabiskan malam nongkrong dengan teman-teman, juga ada yang mengisinya dengan debat-debat atau diskusi. Kadang-kadang juga sulangan bir dingin menjadi pengisi malam dalam temaran, cukup untuk mengembara dalam liarnya ilusi-ilusi. Memadukan hidup sebagai perjuangan, dalam balutan dan perangkap-perangkap hegemoni. Begitulah rutinitas warung pojok dalam keseharian, dari hari ke hari. Tak berlebihan juga tak berkekurangan, santai nan pasti. Linting-linting tembakau membenamkan wajah-wajah dalam kepulan, yang larut dalam hangat nikmatnya kopi. Korek api dari tangan ke tangan, penyala asa menanti terang pagi. Warung pojok menjadi media komunikasi masyarakat urban, dalam hidup yang penuh ironi. Yang selalu was-was terhadap penggusuran, pemuas nafsu serakah tirani bernama investasi.

*******

Dante Che, 18 / 02 / 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar